Senin, 28 Mei 2012

Posted by Jeni Posted on 02.12 | No comments

Mulai Belajar Photoshop

Minggu lalu mulai belajar Photoshop (PS). Awalnya bingung mulai darimana, search google mala lebih bingung, banyak tutorial-banyak yg fake (ooch!)- terpaksa masuk ke youtube - memutuskan memilih tutorial dari http://www.timeclubvid.com ^o^. Ternyata untuk belajar, niat saja gak cukup >.<

Banyak free tutorial di internet juga tidak serta merta membuat jalan untuk belajar lebih mulus. Begitu mudah mendapat bahan membuat kita harus lebih gigih mencari yang benar2 cocok buat kita-ini yang sulit buat aku karena untuk bisa benar2 menyerap ilmu yang diberikan aku harus bisa diyakinkan dengan penjelasan yang cukup (stubborn) jadi tidak bisa memakai ‘pokoknya’ atau ‘ya harus begini’. Jadi selain video tutorial harus disertai voice sang tutor atau jika text turorial disertai penjelasan singkat dan alternative penggunaan (hmm..orang yg ribet) 

Sementara aku tidak mencoba tutorial dari web lain selain disini disediakan step by step mulai dari pengenalan tools2 sampai berbagai cara pengaplikasian tiap2 tools juga karena aku ingin benar2 menguasai materi di web ini sebelum beranjak ke web lain.

Oya, satu lagi, selain suka dengan voice sang tutor (ehem!) terkadang aku suka jika mendengar suara anak kecil yang berteriak atau sekedar bercerita (dasar ibu2)

Minggu, 10 Juli 2011

Posted by Jeni Posted on 23.47 | No comments

Memilih sekolah

Akhirnya..
Puspa dan Jagi masuk sekolah hari ini.
Jagi memulai sekolah barunya lebih pagi dari kakaknya, jam 6 pagi kami sudah berangkat ke SDK YBPK dengan bergandengan tangan. Sekolah ini merupakan sekolah kompleks (TK-SD-SMP-SMA) tapi karena masih hari pertama sekolah aku belum melihat semua anak masuk sekolah. Acara pertama kami berdua adalah eksplorasi gedung, berkeliling sampai bel sekolah berbunyi,wah..sekolah ini mirip labirin,banyak lorongnya juga tangganya.

Pertimbangan awal memilih sekolah ini adalah selain berbasis agama juga karena kompleksnya itu sehingga Jagi tetap bersosialisasi dengan anak-anak dari berbagai usia. Aku juga melihat bahwa dalam satu kelas di kelas 1 hanya ada 19 anak, lumayan lega dibanding sekolah negeri yang dimasuki Puspa dimana satu kelas ada lebih dari 30 anak.
 Pernah curhat sedikit dengan salahsatu teman di Facebook tentang pergumulanku ini yaitu menyekolahkan anak ke sekolah dasar sedangkan Jagi belum lancar membaca. Beliau menyarankan supaya aku tidak memberikan target muluk-muluk pada anak-anak.

Sempat sedih ketika memutuskan memilih memasukkan anak-anak ke sekolah sementara hatiku sudah terpikat dengan pendidikan berbasis keluarga.Walaupun keputusan awal adalah unschooling namun ternyata keluarga kami belum siap sehingga sekolah menjadi pilihan "sementara".
Jadi untuk saat ini keluarga kami terpaksa "bergantung" pada sekolah sambil terus memanjatkan doa suatu saat nanti kami mendapat kemerdekaan untuk menentukan sendiri bagaimana anak-anak belajar.
Posted by Jeni Posted on 23.30 | No comments

Tidak Naik Kelas


Dari kesukaan membaca komik tetapi tidak mampu menggambar karakter dalam komik, bistrips akhirnya menjadi komik pertama yang aku buat. Konsep ceritanya masih sangat sederhana, dan komik ini dibuat untuk menjawab kegalauan para orangtua yang putra-putrinya tidak naik kelas. Ya! Ada banyak faktor yang menjadi pertimbangan para guru untuk tidak menaikkan muridnya ke kelas yang lebih tinggi, apapun itu semoga para orangtua dapat berbesar hati menerima keputusan yang ada dan mau bekerjasama dalam pendidikan akademik di rumah agar tahun depan putra-putrinya dapat naik kelas.

Senin, 27 Juni 2011

Posted by Jeni Posted on 22.28 | No comments

Sekolah adalah..

Menurut Wikipedia "sekolah" atau school berasal dari Bahasa Latin: skhole, scola, scolae atau skhola yang memiliki arti : waktu luang atau waktu senggang, dimana ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan utama mereka yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja. 
Kegiatan dalam waktu luang itu adalah mempelajari cara berhitung, cara membaca huruf dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan seni. 
Untuk mendampingi dalam kegiatan scola anak-anak didampingi oleh orang ahli dan mengerti tentang psikologi anak, sehingga memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada anak untuk menciptakan sendiri dunianya melalui berbagai pelajaran di atas.

Jika boleh aku tulis kembali, "sekolah" pada awal terbentuk adalah kegiatan (bukan bangunan) sambilan disamping bermain (kegiatan utama bukan sambilan) yang dilakukan anak-anak dengan didampingi (ditemani, bersama-sama) oleh seseorang yang mengerti perasaan (psikologi) anak untuk belajar beberapa ilmu (bukan banyak sekali ) dengan tujuan menentukan sendiri (bukan keinginan orangtua ataupun pendamping) ingin jadi "apa"(cita-cita, pekerjaan,profesi) saat dewasa.
Kata kunci : kegiatan sambilan, pendamping, dan menentukan sendiri, cukup menyentuh hati saat dibandingkan dengan arti "sekolah" di kota besar saat ini yang identik dengan bangunan, seragam dan biaya-biaya. 

Saat aku menulis ini memang bersamaan dengan kesibukan para orangtua mendaftarkan anak-anaknya baik itu ke TK, SD, SMP dan SMU. Ketika tahun ajaran berakhir seperti sebuah perayaan bagi anak-anak tapi momen menegangkan bagi orangtua untuk menempuh jenjang selanjutnya. Hal yang sama berulang dari tahun ke tahun, persiapan seragam baru, sepatu baru, tas baru, buku tulis baru, hunting buku2 pelajaran baru, namanya juga tahun ajaran baru.
Lalu apa hubungan asal kata "sekolah" dengan segala hal yang baru ?

Bagiku "sekolah" begitu terasa menyenangkan jika di lihat dari asal katanya, bagaimana tidak, sekolah dikatakan kegiatan belajar singkat (makanya disebut sambilan,sampingan) disamping bermain dan didampingi oleh orang yang mengerti bahwa dunia anak adalah bermain sehingga menjadi kegiatan tanpa paksaan yang pasti menyenangkan dengan satu tujuan : meraih cita-cita anak-anak.
Pertanyaannya sekarang adalah,
apakah "sekolah" masih menjadi kegiatan belajar yang singkat ?
masihkah bermain menjadi kegiatan utama anak-anak ?
adakah pendamping "sekolah" yang mengerti anak-anak dan berusaha tidak melukai perasaan mereka ?
dan apakah tujuan "sekolah" masih berusaha mengeluarkan potensi anak guna menentukan masa depan mereka ?

Jika "sekolah" masih seperti asal katanya..mungkin aku menjadikan "sekolah" salah satu kegiatan Puspa dan Jagi...







Senin, 16 Mei 2011

Posted by Jeni Posted on 01.58 | 1 comment

Ayo Bermain !

Ajakan ini yang aku serukan saat aku ingin belajar bersama Puspa dan Jagi. Kenapa?
Karena anak-anakku tidak suka dengan kata "belajar". Trauma? Mungkin.
Mereka pernah pergi ke sekolah dan konsep belajar di sekolah rupanya membuat mereka merasa bosan. Duduk menghadap meja dan mengerjakan sesuatu di hadapannya bukanlah hal yang mereka ingin lakukan. Jadi jika belajar bukan sesuatu yang menarik minat mereka, untuk apa aku memaksakan?
Aku ingin mereka berbahagia dan jika bermain membuat mereka bersemangat, aku mau bermain bersama mereka!

Bagaimana dengan anda?